Langsung ke konten utama

Tantangan Masa Depan: Dari Pola Kapur Menjadi Gawai

Ini kisah jauh beberapa bulan lalu sebelum pandemi Covid-19 melanda bumi Indonesia, khususnya Jakarta. Kalian pasti sudah tidak asing lagi dengan RT 02. Ya, sudah selama 8 tahun aku tinggal di situ. Sebelum aku menceritakan hal ini kepada kalian, aku ingin kalian tahu bahwa sejujurnya aku kurang suka anak kecil, tetapi kali ini aku dengan sukacita akan menceritakan anak-anak warga RT 02 kepada kalian.

Di sore hari jauh sebelum pandemi Covid-19 menutup akses lingkungan rumahku, anak-anak warga RT 02 ramai-ramai menuju depan rumahku. Aku tidak melihat gawai dan barang elektronik lain di tangannya. Mereka menemui anak lain yang rumahnya berada di seberang rumahku dengan tangan kosong. Jangan membayangkan "seberang" itu sebagai jalan yang lebar seperti di komplek perumahan lain. Dua meter pun tak sampai. Pembicaraan mereka pun bisa terdengar sampai lantai atas rumahku. Hampir setiap sore aku bisa mendengar mereka tertawa riang, walau terkadang mereka bertengkar dan ada salah seorang anak yang menangis lalu pulang. Aku bisa merasakan dinamisnya kehidupan sore di RT 02 ini. Namun, sore itu tidak ada yang menangis. Baguslah!

Keesokan harinya, aku hendak bepergian ke tengah kota. Saat aku melangkah keluar rumah dan menginjak aspal jalanan RT 02 yang tak seberapa bersih, aku melihat sebuah gambar, tepatnya sebuah pola kapur. Pola itu jelas terlihat di atas jalanan yang tak seberapa bersih. Saat kucermati, itu pola engklek! Masyarakat mengenalnya dengan permainan dampu bulan. Aku memandang pola itu sambil tersenyum lalu mencoba memainkannya sebentar. Senangnya mengetahui ternyata mereka ramai bermain permainan tradisional ini di sore hari. Tapi entah kenapa semua itu cepat usai ketika aku menemukan mereka jongkok di depan rumah bermain game melalui gawai mereka masing-masing. Tak ada yang tak memainkan gawainya. Ada pun satu waktu. Ketika matahari belum sepenuhnya terbit, aku melihat seorang anak jongkok di depan rumah warga lain sedang bermain game di gawainya. Aduh! Jangan sampai, deh, AI (Artificial Intelligence) membawa dampak buruk bagi generasi muda di masa depan. Apalagi saat ini hampir semua anak sudah memiliki gawai sendiri. Sejak itu, pola kapur di depan rumahku sudah tidak pernah terlihat.

Artificial Intelligence atau Kecerdasan Buatan adalah suatu keilmuan cerdas yang diperoleh dari pemikiran manusia dalam bentuk pemberian/pembentukan informasi sehingga terbentuk teknologi komputer yang semakin berkembang. Gawai atau ponsel pintar merupakan salah satu contoh AI. Semakin berkembangnya teknologi AI menjadikan hampir seluruh kehidupan manusia bergantung pada AI. AI juga sudah menggantikan posisi tenaga kerja manusia di beberapa perusahaan di dunia. Akibatnya, sebagian orang kehilangan pekerjaan tetapnya. Salah satu tantangan masa depan yang diakibatkan oleh kehadiran AI dalam setiap aspek kehidupan manusia adalah dominasi AI. Bila tidak dilakukan peningkatan kualitas sumber daya manusia, dominasi AI bisa membawa dampak buruk bagi generasi muda di masa depan mengingat sudah banyak pekerjaan manusia yang tergantikan oleh teknologi, seperti contohnya penjaga pembayaran tol, kasir, agen perjalanan, dan masih banyak lagi.

Lalu bagaimana aku sebagai mahasiswa bisa menghadapi tantangan tersebut?
Sebagai mahasiswa, aku dapat turut mengupayakan peningkatan kualitas SDM dengan cara memperluas wawasan dan meningkatkan kemampuan penggunaan AI. Saat ini, perusahaan membutuhkan orang yang menguasai teknologi/mesin karena teknologi/mesin merupakan ciptaan manusia sendiri. Perlu adanya sumber daya manusia yang menguasai software-software karena data perusahaan pun sudah mulai diolah secara online. Selain itu, dengan menguasai AI, seorang mahasiswa bisa membangun bisnis secara online dan apabila bisnis itu bertumbuh pasti memerlukan tenaga kerja tambahan. Di sini lah peran mahasiswa besar dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan SDM berkualitas. Dengan peran itu lah, mahasiswa mampu menghadapi tantangan masa depan, salah satunya dominasi AI.

Topik yang diambil: Dampak dari teknologi


Nama: Ardelia Tifani
Fakultas: FITB-G
NIM TPB: 16320153
Kelompok: 65


#TantanganMasDep
#KATITB2021



Referensi
  • https://artificialintelligenceindonesia.com/dampak-ai-terhadap-kita-semua/
  • https://cerdas.sv.ugm.ac.id/2019/08/17/kecerdasan-buatan/
  • https://tekno.kompas.com/read/2014/01/29/1727369/10.Profesi.yang.Terancam.Punah.Digantikan.Mesin?page=all


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tercipta oleh Keragaman dan Perbedaan

Menurut Ki Hajar Dewantara, kebudayaan adalah buah budi manusia berupa hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yaitu zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesulitan di dalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai. Ada pun definisi kebudayaan menurut Koentjaraningrat adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang diperoleh dari proses belajar serta hasil budi dan karya tersebut.  Terdapat 7 unsur kebudayaan, yaitu bahasa, sistem pengetahuan, sistem kemasyarakatan, teknologi, sistem mata pencaharian, sistem kepercayaan, dan kesenian. Dalam kehidupan masyarakat, kebudayaan dapat berwujud ide (mitos Jawa), aktivitas (upacara-upacara adat), benda (pisau dan senjata tradisional), pola perilaku dan pola pikir yang akhirnya menjadi norma, teknologi, dan seni musik. Namun, kebudayaan yang seperti itu ada yang mulai luntur dan ada yang berubah s...

Esai PoPoPe: RW 02 di Masa Pandemi

Keseharian yang serba daring dan pandemi yang tak kunjung reda yang malahan berkembang menjadi jenis baru menahan diriku untuk melintasi batas pagar rumah untuk melihat Kota Jakarta di hari yang baru. Namun, seharusnya tidak semustahil itu untuk mengetahui isu-isu terbaru yang terdapat di lingkungan rumahku sendiri. Saat aku sedang lari pagi di RPTRA RW 02, terdapat spanduk yang tergantung di pagar RPTRA yang sepertinya dikunci agar tidak ada warga yang berkumpul di RPTRA. Di spanduk itu terdapat tulisan “3M: Memakai masker, Mencuci tangan, dan Menjaga jarak”. Di atasnya terdapat tulisan lagi, tetapi aku tidak ingat betul tulisannya. Intinya, warga sangat diminta untuk mematuhi 3M untuk menjaga orang-orang yang disayangi. Selesai lari pagi, aku melewati warung kecil yang tidak jauh dari situ. Memang tidak ada kerumunan, tetapi orang-orang di situ tidak ada yang memakai masker! PoPoPe merupakan akronim dari Posisi, Potensi, dan Peran. Dalam hal ini, yang menjadi fokusnya adalah mahasi...